Selasa, 12 April 2011

Retorika

Istilah retorika dapat ditemukan dalam perbendaharaan bahasa inggris dengan kata rhetoric yang berarti kepandaian berbicara atau berpidato (Echlos, 1975 : 485). Sementara Hornby dan Parnwell (1961:364) menjelaskan retorika sebagai seni menggunakan kata-kata secara mengesankan, baik lisan maupun tulisan, atau berbicara dengan banyak orang dengan menggunakan pertunjukan dan rekaan. Webster’s Tower Dictionary (1975:230) menyatakan rhetoric sebagai seni menggunakan bahasa secara efektif. Dalam bahasa Belanda dikenal istilah retorica sebagai ilmu pidato dalam arti pemakaian kata-kata dengan gaya yang indah (Wojowasito, 1981:541). Dalam bahasa inggris dikenal pula istila Public Speaking yang artinya sama dengan retorika. Demikian pula maknanya, yaitu berbicara atau berpidato didepan umum dengan prinsip menggunakan segala teknik dan strategi komunikasi demi berhasilnya teori-teori retorika atau public speaking itu mulai dikenal orang setelah mereka merasa perlu berbicara yang efektif untuk bisa mempengaruhi orang atau orang-orang lain dalam arti mengubah sikap, sifat, pendapat, dan tingkah laku orang atau orang-orang lain itu dan berawal pada tahun 3000SM.
Aristoteles, murid Plato yang paling cerdas melanjutkan kajian re­torika ilmiah. Ia menulis tiga jilid buku yang berjudul De Arte Rhetorica. Dari Aristoteles dan ahli retorika klasik, kita memperoleh lima ta­hap penyusunan pidato: terkenal sebagai Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric). Inventio (penemuan). Pada tahap ini, pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat. Bagi Aristoteles, retorika tidak lain daripada "kemampuan untuk menentukan, dalam kejadian tertentu dan situasi tertentu, metode persuasi yang ada". Dalam tahap ini juga, pembicara merumuskan tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak. Aristoteles menyebut tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, Anda harus sanggup menunjukkan kepada khalayak bahwa Anda memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat (ethos). Kedua, Anda harus Menyentuh hati khalayak perasaan, emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang mereka (pathos). Kelak, para ahli retorika modern menyebutnya imbauan emotional (emotional appeals). Ketiga, Anda Meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai bukti. Di sini Anda mendekati khalayak lewat otaknya (logos).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar